ALUR CERITA NARUTO GAIDEN CHAPTER 02 Versi Teks ~ ~
JUDUL "Bocah yang memiliki Sharingan..!!"
STATUS : RELEASED!
Selamat membaca.
Sasuke yang berada di dalam hutan terlihat merasakan suatu hawa keberadaan yang aneh, hawa itu tak bisa luput dari Sasuke, ia dengan sangat jelas bisa merasakannya. Ia masih meneruskan perjalanannya, seolah memang ia menunggu hawa kehadiran itu mendekati dirinya.
"Huh.."
Sasuke berhenti sejenak menghela nafas, dan benar.. seseorang yang misterius dengan jubah hitam membawa senjata seperti palu panjang dengan rantai tersambung di pegangannya menyerang Sasuke tiba-tiba dari belakang.
Sasuke dengan cepat menghindar, ia menangkis rantai yang mencoba melilitnya dengan pedang yang ia bawa sebelumnya. Kemudian Sasuke menendang bagian belakang orang yang menyerangnya tersebut, ia lalu mengeluarkan aliran listrik di pedangnya yang membuat rantai yang terhubung ke penyerang itu ikut teraliri listrik sehingga sang penggunanya pun ikut terkena serang elemen petir Sasuke itu.
Sasuke menghempaskan orang itu, melemparkannya hingga terjatuh ke tanah, jubah hitam yang orang itu pakai sebelumnya hancur hingga pakaian asli yang dikenakannya terlihat.
Mengejutkan, sebuah lambang Uchiha terdapat pada bagian belakang penyerang Sasuke tadi, Sasuke yang melihatnya terdiam.
Setelah dilemparkan Sasuke, orang dengan pakaian Uchiha itu perlahan mulai bangkit, wajahnya menengok ke arah Sasuke, dan... sepasang Sharingan di kedua matanya kembali mengejutkan Sasuke.
"Kau...." ucap Sasuke menatap orang itu, penuh dengan tanda tanya.
"Siapa kau?" lanjutnya.
Namun pria dengan sharingan itu tidak menjawab satu patah kata pun, ia merapal sebuah segel dengan satu tangannya dan kemudian menghilang begitu saja dari pandangan Sasuke.
Lalu scene kembali ke tempat Sarada yang masih penasaran dengan foto keluarga miliknya, ia memandangi foto ayahnya dan timnya dulu. Sarada duduk diam dengan seriusnya sampai tiba-tiba ada suara dari belakang yang memanggilnya.
"Begitu ya... benda berharga yang sedang kau lihat itu adalah foto ayahmu.." ucap seseorang yang datang dari arah belakang Sarada, ia ternyata Shizune, yang sebelumnya merawat Sakura yang tengah pingsan.
Sarada sempat kaget. "Foto ini sesuatu yang sudah sangat lama..." jawabnya.
"Bukannya aku berpikiran aneh, tapi..." ucap Shizune mendekati Sarada yang tengah duduk sendirian.
"Kira-kira... seperti apa ayahku sekarang?" Sarada beranya-tanya, Shizune hanya bisa diam mendengarkan Sarada didepannya.
"Kau sama sekali belum pernah bertemu dengan ayahmu?"
"Umm... ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu Shizune-san, tapi tolong jangan bilang apa-apa pada ibuku." ucap Sarada.
Sementara Sakura masih tertidur lemas tak sadarkan diri di sebuah ruangan dengan kepala terkompres sesuatu.
"Tentu saja tidak!" jawab Shizune.
"Kalau begitu, beritahu aku semua yang terjadi saat aku lahir! Siapa yang dulu menolong proses kelahiranku?! Beritahukan semuanya!" ucap Sarada dengan rasa penasarannya.
"I-itu..."
"Dasar ninja medis... Kalian semua, bahkan Shizune-san pun sama saja... Aku juga sudah menyelidiki sendiri tahu! Tak ada siapapun di semua rumah sakit Konoha yang tahu tentang kelahiranku!" ucap Sarada kesal.
Shizune bingung harus menjawab apa.
"Tapi kenapa... Kau mulai bertingkah seperti ini?" Shizune berpindah ke samping Sarada mencoba menenangkannya.
Sarada masih melihat foto yang dipegangnya daritadi, sekarang ia berfokus pada Karin yang berada di samping Sasuke.
"Orang ini... dia memiliki kacamata yang sama denganku..."
Berpindah ke suatu tempat kedai makan di mana ada keluarga Choji sedang makan dan bersantai disana.
"Papa! berhenti makan burger berukuran besar dihadapanku!" ucap Chocho pada ayahnya.
"Mungkin pertanyaan yang tepat adalah, kenapa kita makan makanan ini di pagi hari begini? Dan terserah dia mau makan apa saja yang diinginkannya. Manusia juga akan mati jika sudah waktunya tiba kok..." ucap Karui, Ibu Sarada, mereka berkumpul bertiga.
"Tapi aku takkan ikut memakannya," lanjut Karui.
"Chocho, kau masih dalam masa pertumbuhan, jadi makan yang banyak!" ujar Choji mencoba menasehati anaknya, ia masih dengan sebuah burger besar di tangannya.
"Aku ini, sudah termasuk besar di antara anak lainnya, tahu. Dan tolong berhentilah bicara seperti kalian sudah mendapat pencerahan begitu..." ucap Chocho.
Tiba-tiba Chocho melihat seseorang datang di samping mereka bertiga yang sedang berkumpul.
"Ah... Halo..." ucap orang itu yang ternyata adalah teman sekelas Chocho, Sarada.
"Sarada..."
Chocho kemudian berpindah tempat duduk untuk mengobrol berdua dengan Sarada.
"Hey Sarada, akhir-akhir ini aku ada masalah, janji jangan ceritakan ke orang lain ya?"
"Okey... Apa itu?"
"Aku... merasa kalau mereka itu bukanlah orang tua kandungku! Maksudku aku sama sekali tak mirip dengan mereka." ucap Chocho dengan nada berbisik ke Sarada agar tak terdengar orang tuanya.
"B-Benarkah...?" Sarada sedikit tak percaya dengan ucapan Chocho.
Kemudian saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba datang seseorang yang ternyata adalah teman sekelas mereka berdua, Mitsuki. "Hah, hidupmu penuh dengan drama ya? Masalah yang lazim untuk cewe semumuran kalian memang mempertanyakan keberadaan dan arti diri mereka..." ucap Mitsuki.
"Padahal, itu sama sekali tak penting bukan?" lanjut ucao Mitsuki.
"Kau anak dari desa sebelah... uhh..." ucap Sarada.
"Ya, Mitsuki.. Dan kau adalah Uchiha-san kan?"
"Hey, tatapan matamu seperti merendahkan!! Seperti kau tahu rapuhnya hati perempuan saja, benar kan Sarada?" ucap Chocho.
"Kau dari klan Akimichi kan? Aku bahkan tak perlu melihat simbol klanmu untuk bisa mengenalimu!" ucap Mitsuki pada Chocho.
Sarada menundukkan wajahnya, ia seperti depresi mendengar perkataan Mitsuki.
"Lalu bagaimana denganku..." ucapnya dalam hati, simbol klan Uchiha di belakang punggungnya membuatnya bingung tentang identitas sebenarnya dirinya.
"Apa aku memang..." pikir Sarada.
Berpindah ke suatu tempat entah dimana, sosok penyerang Sasuke di awal cerita ini kembali muncul, ia saling berhadapan dengan seseorang lagi yang misterius mengenakan jubah hitam.
"Bagaimana dengan Uchiha Sasuke?" ucap orang misterius pada orang yang menyerang Sasuke tadi.
"Dia kuat.. Sangat kuat..."
"Tapi dia membunuh Itachi... tak bisa dimaafkan... Bunuh dia.." jawab orang misterius yang menyerang Sasuke.
"Itu benar.. Sasuke, dia adalah aib bagi klan Uchiha!" ternyata dibalik jubahnya hitamnya tampak sebuah lambang awan merah seperti lambang organisasi yang dulu sangat terkenal, Akatsuki.
Kembali ke tempat Sarada yang masih berbincang dengan Chocho.
"Lalu aku berpikiran untuk pergi berpetualang... Kau tahu, untuk mencari orang tua kandungku. Ikutlah denganku, Sarada.." ucap Chocho masih saja dengan nada berbisik.
Mendengar perkataan Chocho, Sarada seperti tampak dapat ide.
"Hah? Apa?" ucap Chocho melihat ekspresi Sarada.
"itu... Itu dia..."
Sebuah elang datang menuju tempat Hokage, sementara Sarada berlari dengan niat barunya setelah perbincangan dengan Chocho.
"Aku akan cari ayah dan memintanya menceritakan semuanya." ucap Sarada berlari sambil memperhatikan foto ayahnya yang dipegangnya.
Di tempat Hokage, elang yang tadi terbang mendarat dengan membawa sebuah gulungan kecil terikat di kakinya. Hokage Ketujuh Konoha, Uzumaki Naruto membuka dan membaca gulungan itu.
"Caranya agak kuno ya..." ucap Naruto memandangi gulungan yang dibawa elang tadi.
"Ya, memang kebanyakan misinya berada di tempat dia tak bisa mengisi daya teleponnya, jadi maklumi saja." ucap penasehat Hokage yang tak lain adalah Shikamaru Nara.
Naruto mulai membaca pesan itu yang ternyata adalah kiriman dari Sasuke, ia tampak sedikit kaget setelah membacanya.
Tak mau lama-lama, ia langsung menghubungi Kakashi yang sedang berada jauh di suatu tempat.
"Ada apa Naruto?" jawab Kakashi menerima telepon dari Naruto, dari pakaiannya sepertinya ia tampak tengah santai di tempat pemandian air panas.
"Sudah ku bilang aku sedang cuti saat ini..."
Tapi walau begitu, Kakashi mencoba mendengarkan Naruto.
"Jadi kalau dia memiliki Sharingan, itu artinya meskipun kemungkinannya kecil, dia adalah keturunan klan Uchiha, atau... dia salah satu percobaan dari Orochimaru." ucap Kakashi di telepon pada Naruto.
"Ya.. ya... Oke... Yamato sedang kusuruh berjaga, aku tahu dimana dia, yup.. sekarang tutup teleponnya."
"Baiklah!" ucap Naruto setelah mendengar jawaban dari Kakashi, ia menutup teleponnya.
"Lebih baik kita tanyakan langsung pada Sasuke." lanjutnya.
"Ayo bertemu Sasuke." ucap Naruto yang ternyata ucapannya itu didengar oleh Sarada yang tak sengaja lewat di depan pintu ruangan Hokage.
"Lalu, kami akan pergi ke tempat Orochimaru, untuk jaga-jaga sebuah bunshin akan kutinggalkan di sini, agar aku sendiri bisa kesana." jelas Naruto.
"Tapi ujian kelulusannya sudah hampir tiba.." ucap Shizune yang juga ada di ruang Hokage.
"Bahkan percikan api kecil pun dapat menimbulkan kebakaran besar.. dan ada kemungkinan kita terlambat. Lebih baik kita menghentikannya selagi masih bisa. Kita akan berangkat saat siang tiba. " ucap Shikamaru, kemudia Naruto bersiap untuk berangkat dengan jubah Hokagenya.
Sarada yang mendengar Naruto terus mengikuti Naruto, ia sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui keberadaannya.
"Aku harus mengikuti Hokage Ketujuh." pikir Sarada.
"Kuserahkan desa dan ujiannya padamu." ucap Naruto yang bersiap berangkat pada Shikamaru.
"Baik.."
"Aku tidak peduli soal menjadi ninja ataupun masalah kelulusan, aku harus mencari siapa aku ini sebenarnya."
Tiba-tiba dari belakang. "Hei, kau bahkan lebih bersemangat soal ini dibanding aku Sarada!"
"Eh?! Chocho!"
"Apa?"
"Kau tahu... aku mulai merasa kalau sebenarnya papaku itu sangat atraktif lho... Mungkin saja aku bisa menemui semua cowo aktraktif yang lainnya bukan?!" ucap Chocho yang juga sudah bersiap dengan tas dan perlengkapan lain mengikuti Sarada.
--- Bersambung ke Naruto Gaiden Chapter 3 ---
JUDUL "Bocah yang memiliki Sharingan..!!"
STATUS : RELEASED!
Selamat membaca.
Sasuke yang berada di dalam hutan terlihat merasakan suatu hawa keberadaan yang aneh, hawa itu tak bisa luput dari Sasuke, ia dengan sangat jelas bisa merasakannya. Ia masih meneruskan perjalanannya, seolah memang ia menunggu hawa kehadiran itu mendekati dirinya.
"Huh.."
Sasuke berhenti sejenak menghela nafas, dan benar.. seseorang yang misterius dengan jubah hitam membawa senjata seperti palu panjang dengan rantai tersambung di pegangannya menyerang Sasuke tiba-tiba dari belakang.
Sasuke dengan cepat menghindar, ia menangkis rantai yang mencoba melilitnya dengan pedang yang ia bawa sebelumnya. Kemudian Sasuke menendang bagian belakang orang yang menyerangnya tersebut, ia lalu mengeluarkan aliran listrik di pedangnya yang membuat rantai yang terhubung ke penyerang itu ikut teraliri listrik sehingga sang penggunanya pun ikut terkena serang elemen petir Sasuke itu.
Sasuke menghempaskan orang itu, melemparkannya hingga terjatuh ke tanah, jubah hitam yang orang itu pakai sebelumnya hancur hingga pakaian asli yang dikenakannya terlihat.
Mengejutkan, sebuah lambang Uchiha terdapat pada bagian belakang penyerang Sasuke tadi, Sasuke yang melihatnya terdiam.
Setelah dilemparkan Sasuke, orang dengan pakaian Uchiha itu perlahan mulai bangkit, wajahnya menengok ke arah Sasuke, dan... sepasang Sharingan di kedua matanya kembali mengejutkan Sasuke.
"Kau...." ucap Sasuke menatap orang itu, penuh dengan tanda tanya.
"Siapa kau?" lanjutnya.
Namun pria dengan sharingan itu tidak menjawab satu patah kata pun, ia merapal sebuah segel dengan satu tangannya dan kemudian menghilang begitu saja dari pandangan Sasuke.
Lalu scene kembali ke tempat Sarada yang masih penasaran dengan foto keluarga miliknya, ia memandangi foto ayahnya dan timnya dulu. Sarada duduk diam dengan seriusnya sampai tiba-tiba ada suara dari belakang yang memanggilnya.
"Begitu ya... benda berharga yang sedang kau lihat itu adalah foto ayahmu.." ucap seseorang yang datang dari arah belakang Sarada, ia ternyata Shizune, yang sebelumnya merawat Sakura yang tengah pingsan.
Sarada sempat kaget. "Foto ini sesuatu yang sudah sangat lama..." jawabnya.
"Bukannya aku berpikiran aneh, tapi..." ucap Shizune mendekati Sarada yang tengah duduk sendirian.
"Kira-kira... seperti apa ayahku sekarang?" Sarada beranya-tanya, Shizune hanya bisa diam mendengarkan Sarada didepannya.
"Kau sama sekali belum pernah bertemu dengan ayahmu?"
"Umm... ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu Shizune-san, tapi tolong jangan bilang apa-apa pada ibuku." ucap Sarada.
Sementara Sakura masih tertidur lemas tak sadarkan diri di sebuah ruangan dengan kepala terkompres sesuatu.
"Tentu saja tidak!" jawab Shizune.
"Kalau begitu, beritahu aku semua yang terjadi saat aku lahir! Siapa yang dulu menolong proses kelahiranku?! Beritahukan semuanya!" ucap Sarada dengan rasa penasarannya.
"I-itu..."
"Dasar ninja medis... Kalian semua, bahkan Shizune-san pun sama saja... Aku juga sudah menyelidiki sendiri tahu! Tak ada siapapun di semua rumah sakit Konoha yang tahu tentang kelahiranku!" ucap Sarada kesal.
Shizune bingung harus menjawab apa.
"Tapi kenapa... Kau mulai bertingkah seperti ini?" Shizune berpindah ke samping Sarada mencoba menenangkannya.
Sarada masih melihat foto yang dipegangnya daritadi, sekarang ia berfokus pada Karin yang berada di samping Sasuke.
"Orang ini... dia memiliki kacamata yang sama denganku..."
Berpindah ke suatu tempat kedai makan di mana ada keluarga Choji sedang makan dan bersantai disana.
"Papa! berhenti makan burger berukuran besar dihadapanku!" ucap Chocho pada ayahnya.
"Mungkin pertanyaan yang tepat adalah, kenapa kita makan makanan ini di pagi hari begini? Dan terserah dia mau makan apa saja yang diinginkannya. Manusia juga akan mati jika sudah waktunya tiba kok..." ucap Karui, Ibu Sarada, mereka berkumpul bertiga.
"Tapi aku takkan ikut memakannya," lanjut Karui.
"Chocho, kau masih dalam masa pertumbuhan, jadi makan yang banyak!" ujar Choji mencoba menasehati anaknya, ia masih dengan sebuah burger besar di tangannya.
"Aku ini, sudah termasuk besar di antara anak lainnya, tahu. Dan tolong berhentilah bicara seperti kalian sudah mendapat pencerahan begitu..." ucap Chocho.
Tiba-tiba Chocho melihat seseorang datang di samping mereka bertiga yang sedang berkumpul.
"Ah... Halo..." ucap orang itu yang ternyata adalah teman sekelas Chocho, Sarada.
"Sarada..."
Chocho kemudian berpindah tempat duduk untuk mengobrol berdua dengan Sarada.
"Hey Sarada, akhir-akhir ini aku ada masalah, janji jangan ceritakan ke orang lain ya?"
"Okey... Apa itu?"
"Aku... merasa kalau mereka itu bukanlah orang tua kandungku! Maksudku aku sama sekali tak mirip dengan mereka." ucap Chocho dengan nada berbisik ke Sarada agar tak terdengar orang tuanya.
"B-Benarkah...?" Sarada sedikit tak percaya dengan ucapan Chocho.
Kemudian saat mereka berdua sedang mengobrol, tiba-tiba datang seseorang yang ternyata adalah teman sekelas mereka berdua, Mitsuki. "Hah, hidupmu penuh dengan drama ya? Masalah yang lazim untuk cewe semumuran kalian memang mempertanyakan keberadaan dan arti diri mereka..." ucap Mitsuki.
"Padahal, itu sama sekali tak penting bukan?" lanjut ucao Mitsuki.
"Kau anak dari desa sebelah... uhh..." ucap Sarada.
"Ya, Mitsuki.. Dan kau adalah Uchiha-san kan?"
"Hey, tatapan matamu seperti merendahkan!! Seperti kau tahu rapuhnya hati perempuan saja, benar kan Sarada?" ucap Chocho.
"Kau dari klan Akimichi kan? Aku bahkan tak perlu melihat simbol klanmu untuk bisa mengenalimu!" ucap Mitsuki pada Chocho.
Sarada menundukkan wajahnya, ia seperti depresi mendengar perkataan Mitsuki.
"Lalu bagaimana denganku..." ucapnya dalam hati, simbol klan Uchiha di belakang punggungnya membuatnya bingung tentang identitas sebenarnya dirinya.
"Apa aku memang..." pikir Sarada.
Berpindah ke suatu tempat entah dimana, sosok penyerang Sasuke di awal cerita ini kembali muncul, ia saling berhadapan dengan seseorang lagi yang misterius mengenakan jubah hitam.
"Bagaimana dengan Uchiha Sasuke?" ucap orang misterius pada orang yang menyerang Sasuke tadi.
"Dia kuat.. Sangat kuat..."
"Tapi dia membunuh Itachi... tak bisa dimaafkan... Bunuh dia.." jawab orang misterius yang menyerang Sasuke.
"Itu benar.. Sasuke, dia adalah aib bagi klan Uchiha!" ternyata dibalik jubahnya hitamnya tampak sebuah lambang awan merah seperti lambang organisasi yang dulu sangat terkenal, Akatsuki.
Kembali ke tempat Sarada yang masih berbincang dengan Chocho.
"Lalu aku berpikiran untuk pergi berpetualang... Kau tahu, untuk mencari orang tua kandungku. Ikutlah denganku, Sarada.." ucap Chocho masih saja dengan nada berbisik.
Mendengar perkataan Chocho, Sarada seperti tampak dapat ide.
"Hah? Apa?" ucap Chocho melihat ekspresi Sarada.
"itu... Itu dia..."
Sebuah elang datang menuju tempat Hokage, sementara Sarada berlari dengan niat barunya setelah perbincangan dengan Chocho.
"Aku akan cari ayah dan memintanya menceritakan semuanya." ucap Sarada berlari sambil memperhatikan foto ayahnya yang dipegangnya.
Di tempat Hokage, elang yang tadi terbang mendarat dengan membawa sebuah gulungan kecil terikat di kakinya. Hokage Ketujuh Konoha, Uzumaki Naruto membuka dan membaca gulungan itu.
"Caranya agak kuno ya..." ucap Naruto memandangi gulungan yang dibawa elang tadi.
"Ya, memang kebanyakan misinya berada di tempat dia tak bisa mengisi daya teleponnya, jadi maklumi saja." ucap penasehat Hokage yang tak lain adalah Shikamaru Nara.
Naruto mulai membaca pesan itu yang ternyata adalah kiriman dari Sasuke, ia tampak sedikit kaget setelah membacanya.
Tak mau lama-lama, ia langsung menghubungi Kakashi yang sedang berada jauh di suatu tempat.
"Ada apa Naruto?" jawab Kakashi menerima telepon dari Naruto, dari pakaiannya sepertinya ia tampak tengah santai di tempat pemandian air panas.
"Sudah ku bilang aku sedang cuti saat ini..."
Tapi walau begitu, Kakashi mencoba mendengarkan Naruto.
"Jadi kalau dia memiliki Sharingan, itu artinya meskipun kemungkinannya kecil, dia adalah keturunan klan Uchiha, atau... dia salah satu percobaan dari Orochimaru." ucap Kakashi di telepon pada Naruto.
"Ya.. ya... Oke... Yamato sedang kusuruh berjaga, aku tahu dimana dia, yup.. sekarang tutup teleponnya."
"Baiklah!" ucap Naruto setelah mendengar jawaban dari Kakashi, ia menutup teleponnya.
"Lebih baik kita tanyakan langsung pada Sasuke." lanjutnya.
"Ayo bertemu Sasuke." ucap Naruto yang ternyata ucapannya itu didengar oleh Sarada yang tak sengaja lewat di depan pintu ruangan Hokage.
"Lalu, kami akan pergi ke tempat Orochimaru, untuk jaga-jaga sebuah bunshin akan kutinggalkan di sini, agar aku sendiri bisa kesana." jelas Naruto.
"Tapi ujian kelulusannya sudah hampir tiba.." ucap Shizune yang juga ada di ruang Hokage.
"Bahkan percikan api kecil pun dapat menimbulkan kebakaran besar.. dan ada kemungkinan kita terlambat. Lebih baik kita menghentikannya selagi masih bisa. Kita akan berangkat saat siang tiba. " ucap Shikamaru, kemudia Naruto bersiap untuk berangkat dengan jubah Hokagenya.
Sarada yang mendengar Naruto terus mengikuti Naruto, ia sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui keberadaannya.
"Aku harus mengikuti Hokage Ketujuh." pikir Sarada.
"Kuserahkan desa dan ujiannya padamu." ucap Naruto yang bersiap berangkat pada Shikamaru.
"Baik.."
"Aku tidak peduli soal menjadi ninja ataupun masalah kelulusan, aku harus mencari siapa aku ini sebenarnya."
Tiba-tiba dari belakang. "Hei, kau bahkan lebih bersemangat soal ini dibanding aku Sarada!"
"Eh?! Chocho!"
"Apa?"
"Kau tahu... aku mulai merasa kalau sebenarnya papaku itu sangat atraktif lho... Mungkin saja aku bisa menemui semua cowo aktraktif yang lainnya bukan?!" ucap Chocho yang juga sudah bersiap dengan tas dan perlengkapan lain mengikuti Sarada.
--- Bersambung ke Naruto Gaiden Chapter 3 ---
0 komentar:
Post a Comment
Buat Yang Mau Komentar , Tolong Komentar Sesuai Topik Postingan Dan Jangan Membuat Komentar Spam.